LAPORAN PRAKTIKUM DIT CACING TANAH
1.1 Jenis-jenis
cacing tanah
a). Berdasarkan famili
dan berkembangnya
·
Cacing tanah jenis Lumbricus
rubellus mempunyai bentuk tubuh
pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak
pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain
sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa
menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing jenis ini memiliki keunggulan lebih
dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi
(penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing
“kascing”) serta tidak banyak bergerak
·
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya
terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris
berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain
cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
·
Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah
kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13
dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya
diperlukan perhatian yang lebih serius.
(Anonymousb. 2010)
b). Berdasarkan
ekologi atau tempat tinggalanya :
·
Epigeic
-
Hidup dan makan bahan organik di lapisan permukaan tanah
-
Bergerak secara horizontal
-
Tidak membentuk saluran ( channel )
-
Berwarna gelap
Berperan dalam proses
penghancuran seresah
Contohnya : Amynithas
aracais
·
Endogeic
-
Hidup dilapisan tanah bawah
-
Memakan tanah mineral
-
Membuat lubang saluran dan tinggal didalamnya
-
Bergerak secara horizontal dan vertical
-
Warna tubuh merah muda karena memakan tanah mineral
-
casting di bentuk di dalam saluran warna tubuh merah mudah.
Berperan dalam
memperbaiki struktur dan pori tanah
Contohnya : Pantn
oscolex,corethcus
·
Anesic
-
Hidup dilapisan tanah bawah
-
Makanan berupa bahan organic yang diperoleh dari atas permukaan yaitu bahan
organic
-
Pergerakan vertikal (sampai permukaan tanah) dan horizontal
-
Membentu saluran dalam tanahdengan bagian ujung terbuka ke permukaan tanah.
-
Meninggalkan casting pada permukaan tanah
-
Warna tubuh gelap dibagian atas dan terang dibagian bawah
Berperan dalam
bioturbasi dan memperbaiki struktur, pori, dan infiltrasi tanah.
Contohnya: Apporctoaca
trapazeides.
(Tim dosen, 2010)
1.2 Gambar organ
tubuh cacing tanah
Klitelum
Alat kelamin pada
cacing dewasa bentuknya seperti cincin atau pelana berwarna muda mencolok
melingkari tubuh sdepanjang segmen tertentu pada kisaran umur 2,5 bulan.
Klitelum terkait dengan produksi kokon.
Mulut
Memakan daun-daunan
serta sampah organik yang sudah lapuk
Anus
Sebagai alat ekskresi
yaitu alat utuk mengeluarkan zat-zat sisa pencernaan makanan berkumpul didalam
rongga tubuh (rongga selomik) berupa cairan.
Tubuh cacing bersegmen
Pada setiap segmen
(sumite) terdapat rambut pendek dan keras yang disebut “seta” (setae). Seta
berfungsi sebagai pencengkeram atau pelekat yang kuat pada tempat cacing itu
berada. Pada bagian bawah (ventral) terdapat pori-pori yang letaknya
tersusun setiap segmen yang berhubungan dengan alat ekskresi (nephredia) yang ada didalam tubuh.
(anonymousa , 2010)
1.3 Syarat hidup
optimum cacing tanah
-
Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah
yang besar.
-
Media cacing menpunyai dua fungsi sebagai tempat hidup sekaligus sebagai sumber
bahan makanannya, maka dengan itu perlu dihitung C/N rasionya yang bagus ialah
20 – 30.
-
Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran
ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang
mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.
-
Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam
sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi hni, bakteri dalam tubuh
cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.
-
Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah
adalah antara 15-30 %
-
Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah
sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25
derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.
( Wahyono, 2010 )
1.1 Peran
Cacing Tanah Bagi Kesuburan Tanah
1.
Memperbaiki tata ruang
tanah
2.
Membentuk pori tanah :
cacing beraktivitas didalam tanah baik secara vertikal maupun horizontal,
sehingga jumlah pori makro tanah bertambah.
3.
Infiltrasi (jalannya
air didalam tanah) : infiltrasi penting untuk mengendalikan limpasan permukaan
dan pengangkutan partikel tanah (erosi).
4.
Agen bioturbasi :
pembalikan dari atas kebawah atau sebaliknya yang dilakukan cacing untuk
mendistribusikan agar bahan organik merata didalam tanah.
(Tim Dosen Jurusan Tanah, 2010)
1.
Sebagai pengurai
(Dekomposer) : cacing dapat mengubah bahan organik menjadi kompos.
(palungkun,1999)
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat
Dan Bahan
Alat
1.
Planimeter : mengukur
gerak cacing
2.
Planarcage : tempat
pengamatan cacing
3.
Spidol : menandai
jalannya cacing
Bahan
1.
Cacing : bahan
penelitian
2.
Tanah Inceptisol 100%
: tempat cacing pada planarcage A
3.
Tanah Ultisol 100%
tempat cacing pada planarcage B
2.2
Komposisi Masing-masing Planarcage
A1 : Tanah inceptisol 100% jenis seresah A
A2 : Tanah inceptisol 100% jenis seresah A
B1 : Tanah ultisol 100% jenis seresah A
B2 : Tanah ultisol 100% jenis seresah A
2.3 Metode
Pengamatan Pergerakan Cacing Tanah
Siapkan alat dan bahan
Letakkan tanah dan cacing pada planarcage
Amati gerak cacing pada planarcage
Beri tanda merah putus-putus pada lintasan pergerakan cacing
Ukur panjang total lintasan cacing tanah dengan planimeter
Dokumentasi dan hasil
2.4
Analisis Perlakuan Planarcage
Planarcage diisi
dengan jenis tanah yang berbeda, seresah sebagai bahan organic dan
masing-masing planarcage diisi 5 buah cacing tanah. Planarcage A diisi dengan tanah
jenis Inceptisol 100% dan seresah. Planar B diisi dengan jenis tanah Ultisol
100% dan seresah. Planarcage C dan D diisi dengan campuran tanah jenis
Inceptisol 50% dan Ultisol 50% serta seresah. Planarcage E diisi dengan
campuran tanah Inceptisol 40% dengan tanah Ultisol 50% serta seresah.
Planarcage F diisi dengan campuran tanah Inceptisol 60% dengan tanah Ultisol
40% serta seresah. Dan didiamkan selama tiga minggu sebelum dilakukan
pengamatan. Planarcage ditempatkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari
secara langsung agar tidak mengganggu pertumbuhan cacing tanah. Pengamatan
alanarcage dilakukan di tempat yang diterangi cahaya, namun tidak terlalu
tinggi intensitasnya agar tidak mengganggu cacing tanah
BAB III
HASIL DAN PENGAMATAN
1.1 Tabel
Hasil Pengamatan
PLANARCAGE
|
JENIS SERESAH
|
ULANGAN
|
PANJANG LIANG (cm)
|
TOTAL (cm)
|
CACING AWAL
|
CACING AKHIR
|
|||||||
H1
|
H2
|
H3
|
H4
|
ΣEKOR
|
BERAT (gr)
|
ΣEKOR
|
BERAT (gr)
|
COCON
|
|||||
A
|
INCEPTISOL 100%
|
A
|
A1
|
93
|
18,5
|
75
|
30
|
216,5
|
5
|
11,7
|
7
|
9,05
|
1
|
A2
|
22,9
|
20
|
98
|
16
|
156,9
|
||||||||
B
|
ULTISOL 100%
|
A
|
B1
|
49
|
148
|
98
|
95
|
390
|
5
|
12,24
|
13
|
8,54
|
2
|
B2
|
46
|
123
|
72
|
138
|
379
|
||||||||
C
|
INCEPTISOL 50%
|
A
|
C1
|
89
|
37
|
40
|
48
|
214
|
5
|
10,31
|
4
|
7,28
|
2
|
ULTISOL 50%
|
C2
|
71
|
70
|
46
|
36
|
223
|
|||||||
D
|
Inceptisol 50%
|
A
|
D1
|
120
|
38
|
288
|
130
|
576
|
5
|
11,80
|
5
|
10,35
|
0
|
Ultisol 50%
|
D2
|
43
|
66
|
198
|
144
|
451
|
|||||||
E
|
Inceptisol 40%
|
A
|
E1
|
325
|
45
|
19
|
37
|
426
|
5
|
10,58
|
11
|
8,56
|
8
|
Ultisol 60%
|
E2
|
340
|
99
|
17
|
77,5
|
533,5
|
|||||||
F
|
Inceptisol 60%
|
A
|
F1
|
185
|
37
|
85
|
56
|
363
|
5
|
11,53
|
9
|
9,77
|
4
|
Ultisol 40%
|
F2
|
260
|
72
|
81
|
35
|
448
|
1.2
Dokumentasi Hasil Planarcage
Planarcage B1-B2 warna merah putus-putus
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PRAKTIKUM
4.1 Analisa
pergerakan cacing tanah pada masing-masing Planar Cage
-
Planar cage A pada pengamatan hari pertama diketahui pada ulangan A1 panjang
pergerakan cacing sepanjang 93 cm dan A2 sepanjang 22.9 cm. pada hari kedua
terjadi penurunan pergerakan cacing menjadi untuk pengulangan A1 sepanjang 18,5
cm dan untuk A2 sepanjang 20 cm. hari ketiga terjadi peningkatan pergerakan
menjadi A1 75 cm dan A2 98 cm. hari ke empat terjadi lagi penurunan pargerakan
cacing yaitu menjadi 30 cm pada A1 dan 16 cm pada A2.
-
Planar cage B pada pengamatan hari pertama diketahui pada pengulangan B1 pergerakan
cacing sepanjang 49 cm dan 46 cm pada ulangan B2. Pada hari kedua terjadi
peningkatan yang cukup signifikan yaitu menjadi 184 pada B1 dan 123 cm pada B2.
Untuk hari ketiga terjadi penurunan pergerakan cacing yaitu menjadi 98cm pada
B1 dan 72 cm pada B2. Pada hari ke empat pengamatan terjadi penurunan pada B1
dan peningkatan pada B2 yaitu menjadi 95 cm pada B1 dan 138 cm pada B2.
-
Planar cage C pada pengamatan hari pertama diketahui panjang pergerakan
cacing tanah adalah 89cm pada pengulangan C1 dan 71 cm pada pengulangan
C2. Pada hari kedua terjadi penurunan pergerakan cacing menjadi 37cm pada C1
dan 70 cm pada C2. Pada hari ketiga diketahui terjadi peningkatan menjadi
40 cm dan 46 cm dan untuk hari terakhir menungkat kembali menjadi 48cm pada C1
dan 36 pada C2.
-
Planar cage D pada pengamatan pertama diketahui hasil 120 untuk D1 dan 43 untuk
D2. Pada hari kedua terjadi penurunan pargerakan cacing yaitu menjadi 38 cm
pada D1 dan 66 cm pada D2, pada hari ketiga terjadi peningkatan kembali menjadi
288 cm dan 198 cm pada D2. Pada hari keempat terjadi penurunan kembali
menjadi 130 cm dan 144 cm.
-
Planar cage E pada pengamatan hari pertama diketahui pada ulangan E1 panjang
pergerakan cacing sepanjang 345 dan 340 namun pada hari-hari berikutnya terjadi
penurunan secara signifikan bahkan tidak terjadi peningkatan sama sekali.
Padahal dari data diketahui adanya peningkatan jumlah cacing tanah yang awalnya
hanya 5 ekor menjadi 11 ekor.
-
Planar cage F pada pengamatan hari pertama diketahui panjang pergerakan cacing
tanah sepanjang 185cm pada F1 dan 260 cm pada F2. Pada hari kedua terjadi
penurunan pergerakan cacing menjadi 37 cm dan 72 cm. pada hari ketiga kembali
terjadi peningkatan pergerakan menjadi 85 cm dan 81 cm. dan pada hari terakhir
terjadi penurunan menjadi 56 cm pada F1 dan 35 cm pada F2.
4.2 Keadaan
populasi cacing tanah pada masing-masing Planar Cage
Pada masing-masing
planar cage di beri 5 ekor cacing tanah. Planar cage A, semula cacing sebanyak
5 ekor dengan berat 11,7 gram, lalu meningkat menjadi 7 ekor dengan berat 9,05
gram dan menghasilkan cocoon sebanyak 1 buah. Planar cage B, semula cacing
sebanyak 5 ekor dengan berat 12,24 gram, lalu meningkat menjadi 13 ekor dengan
berat 8,54 gram dan menghasilkan cocoon sebanyak 2 buah. Planar cage C, semula
cacing sebanyak 5 ekor dengan berat 10,31 gram, lalu menurun menjadi 4 ekor
dengan berat 7,28 gram dan menghasilkan cocoon sebanyak 2 buah.
Planar cage D, semula
cacing sebanyak 5 ekor dengan berat 11,80 gram, tetap 5 ekor dengan berat 10,35
gram dan tidak menghasilkan cocoon. Planar cage E, semula cacing sebanyak 5
ekor dengan berat 10,58 gram, lalu meningkat menjadi 11 ekor dengan berat 8,56
gram dan menghasilkan cocoon sebanyak 8 buah. Planar cage F, semula cacing
sebanyak 5 ekor dengan berat 11,53 gram, lalu meningkat menjadi 9 ekor
dengan berat 9,77 gram dan menghasilkan cocoon sebanyak 4 buah
Terlihat bahwa terjadi
penurunan populasi pada planar cage C dengan komposisi tanah inceptisol 50% dan
ultisol 50% yaitu dari 5 ekor menjadi 4 ekor dan menghasilkan cocoon sebanyak 2
buah. Populasi stabil pada planar cage D dengan komposisi tanah inceptisol 50%
dan ultisol 50% yaitu tetap 5 ekor dan tidak menghasilkan cocoon. Terjadi
peningkatan populasi yaitu pada planar cage B dengan komposisi tanah ultisol
100% yaitu dari 5 ekor menjadi 13 ekor cacing dan menghasilkan 2 buah cocoon.
4.3 Peran Cacing Tanah
Yang Dapat Diamati pada Planarcage
Berdasarkan pengamatan
terhadap cacing dalam planar cage, maka dapat diketahui bahwa peran cacing
adalah untuk memperbaiki pori tanah. Selain itu cacing juga berperan dalam
perbaikan tata ruang tanah, sebagai pengurai, memperbaiki infiltrasi dan
sebagai agen bioturbasi (pembalikan tanah oleh cacing untuk distribusi bahan
organic, agar bahan organic merata dalam tanah).
1.
2. PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Cacing tanah secara
umum dapat dikelompokkan berdasarkan tempat hidupnya, kotorannya, kenampakan
warna, dan makanan kesukaannya antara lain epigaesis, anazesis, endogaesis,
coprophagic, dan arboricolous. Praktikum ini dilakukan planar cage ditambah
seresah sebagai makanan cacing tanah dan cacing tanah sebanyak lima ekor.
Pergerakan cacing tanah diamati dengan melihat jejak yang telah dilewati cacing
tanah tersebut. Perbedaan pergerakan tanah pada masing-masing planar cage
berbeda-beda karena tiap planar cage memiliki komposisi yang berbeda-beda.
2.2 Saran
Praktikum sudah baik,
kedepanya semoga lebih baik dan lebih baik lagi, terutama dalam menjelaskan
mohon diperjelas lagi agar tidak ada kesulitan dalam mengerjakan laporan.sampai
jumpa dilain waktu dan kesempatan.
Thanks mbak…
DAFTAR PUSTAKA
-
Anonymous, a
.2009.http://amintabin.blogspot.com/2009/12/laporan-praktikum-filum-vermes-dan.html.27nov’10
-
Indriani, Yovita Hety. 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta : Niaga
Swadaya.
-
Khairuman & khairul Amri.2009. Mengeruk Untung dari Beternak Cacing.
Jakarta : AgroMedia.
-
Palungkun, Rony.1999. Sukses beternak cacing tanah. Jakarta: Penebar Swadana.
-
Sukami, mohd saat.2009.Buat Duit Dengan Cacing Tanah. Kuala Lumpur :
profesional.
-
Anonymousa. 2010. Cacing Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/
diakses tanggal 27 November 2010 jam 10.30 WIB
-
Anonymousb, 2010. Cacing Tanah. http://lumbricusrubellus.com/
diakses tgl 27 november 2010 jam 10.16 WIB
-
Anonymousc. 2010. Cacing Tanah. http://vermikompos.com/ diakses
tanggal 27 November 2010 jam 10.36 WIB.
-
Wahyono, 2010. Klasifikasi Jenis dan Sifat Cacing Tanah ( http://sriwahyono.blogspot.com )
diakses tanggal 27 November 2010 jam 10.28 WIB
-
Tim Dosen Jurusan Tanah FP UB. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Malang
0 comments:
Post a Comment