Friday 25 December 2015

Pengukuran Luas Daun dengan Metode Pengukuran LAM dan Faktor Koreksi

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Daun merupakan bagian organ tanaman yang penting. Dimana sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Jadi, sumber energi atau makanan suatu tumbuhan berasal dari daun. Hal ini tentu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Jumlah daun yang banyak akan menghasilkan fotosintat yang banyak pula. Selain dipengaruhi oleh jumlah daun, luas daun berperan penting dalam penyediaan fotosintat. Daun yang lebar memiliki potensi menghasilkan fotosistat yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun sempit. Terdapat banyak metode pengukuran luas daun. Yang masing-masing memilki kelebihan dan kekurangan.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing faktor tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada pengukuran laju fotosintesis  dan proses metabolisme lain tentunya ketepatan pengukuran yang diperlukan. Untuk pengukuran indek luas daun tentunya kecepatan pengukuran yang diperlukan.
1.2  Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari metode pengukuran luas daun dengan metode LAM dan faktor koreksi serta kelebihan dan kekurangan dari metode tersebut.














II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kekurangan dan Kelebihan Metode LAM
a.       Kekurangan Metode LAM
Menurut Maftuchah dan Idiyah (1995), kekurangan dari pengukuran luas daun dengan metode LAM adalah :
1)   Perlu pengukuran berulang dan menghindari pengrusakan daun, maka  penggunaan teknik pengukuran lainnya diperlukan.
2)   Ukuran daun yang besar diperlukan ketelitian ekstra, karena daun-daun berukuran besar perlu dipotong dan kemudian ditata secara hati-hati pada permukaan alat dan saat menutup daun-daun tidak terlipat.
3)   Kondisi tenaga batere perlu diperhatikan pula, dengan tingkat kekuatan batere yang mulai melemah akan menghasilkan kesalahan pengukuran. Gejala yang nampak pada saat batere melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama akan memberikan hasil yang berbeda jauh.
4)   Harga alat LAM mahal.
5)   Merusak daun atau memetik daun dari tanaman.

b.      Kelebihan Metode LAM
Menurut Maftuchah dan Idiyah (1995), kelebihan dari pengukuran luas daun dengan metode LAM adalah :
1)      Pengukuran yang cepat dan mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan LAM.
2)      Hasil menjadi lebih akurat.
3)      Penggunaan LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari suatu tanaman yang memang dalam percobaan akan dirusak (destruktif).
2.2 Kekurangan dan Kelebihan Metode Faktor Koreksi
a.       Kekurangan Metode Faktor Koreksi
Menurut Yoshida (1981), kekurangan dari pengukuran luas daun dengan metode Faktor Koreksi adalah :
1)      Hasil kurang akurat.
2)      Luas daun masih dapat dihitung.
3)      Proses penggunaan metode ini lama.

b.      Kelebihan Metode Faktor Koreksi
Menurut Yoshida (1981), kelebihan dari pengukuran luas daun dengan metode Faktor Koreksi adalah :
1)      Tanpa merusak daun atau memetik daun dari tanaman.
2)      Dapat dilakukan pada daun yang berukuran besar dengan menggunakan luas daun yang diperoleh dari pengukuran panjang dan lebar daun.
3)      Dapat menentukan tingkat pertumbuhan dan hasil tanaman.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- LAM  : Untuk mengukur luas daun
- Penggaris : Untuk mengukur panjang dan lebar daun
- Gunting: Untuk menggunting replika
- Timbangan Analitik : Untuk Menimbang daun dan replika daun
- Kamera : Untuk dokumentasi
b. Bahan
- Tanaman Bayam : Sebagai objek pengamatan
- Tanaman Jagung : Sebagai objek pengamatan
- Kertas : Sebagai replika daun
3.2 Cara Kerja
a. LAM
Siapkan alat dan bahan

Ambil daun

Ukur dengan LAM

Catat hasil

Dokumentasi

b. Faktor Koreksi
Ambil secara acak dari spesies tertentu (100 helai)

Gambarlah bentuk daun pada kertas putih

Gunting gambar daun tertentu dan timbang (c)
 


FK =
3.3 Penjelasan Diagram Alir
a. LAM
Pada pengukuran luas daun menggunakan metode LAM cukup sederhana. Yaitu dengan memisahkan daun dari tangkainya. Kemudian masing-masing dalam 1 tanaman diletakkan pada LAM secara beurutan hingga muncul hasil pada alat tersebut.
b. Faktor Koreksi
Untuk pengukuran luas daun dengan metode faktor koreksi harus mengambil daun secara acak sebanyak 100 helai. Kemudian dibuat replica pada masing-masing daun untuk dihitung faktor koreksinya. Hasil perhitungan tersebut dijadikan sebagai acuan dalam menghitung luas daun taksiran. Jadi perhitungan faktor koreksi dilakukan pada penelitian pendahuluan. Pada saat pengukuran pengamatan di lapang tidak perlu merusak tanaman, hanya mengukur lebar dan panjang daun. Untuk kemudian dihitung luas daun taksiran. Yaitu dengan rumus p x l x FK














 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengukuran Beberapa Helai Luas Daun Tanaman Bayam
Tanaman 
C
FK
LD Manual
LD real
LD total
1
0,8
0,75
12
9,6
180
2
0,7
0,72
15
10,8
162
3
0,75
0,77
16
12,32
197,12

Tabel 2. Hasil Pengukuran Luas Daun Tanaman Jagung dengan Metode LAM
Tanaman ke-
Luas Daun total
Luas daun rata-rata
1
4711,5
785,25
2
4090,4
681,76
3
4831,6
805,26
Perhitungan:
Helai Daun Bayam 1
FK =
=
= 0,074
Luas daun taksiran = 77 x 5,5 x 0,074
= 31,339
Helai Daun Jagung 2
FK =
=
= 0,085
Luas daun taksiran = 61 x 6 x 0,085
= 31,11

4.2 Pembahasan
Dalam penggunaan metode LAM, tanaman sampel yang digunakan adalah daun tanaman jagung. Dengan metode LAM, luas daun suatu tanaman dapat langsung diketahui dengan meletakkan helai daun berurutan pada alat. Menurut Bambang et al (2008) menyatakan bahwa pengukuran yang cepat dan mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan LAM.
Pengukuran luas daun dengan metode FK(Faktor Koreksi) bahan yang digunakan sebagai sampel diambil dari tanaman bayam. Pengukuran luas daun dilakukan dengan pembuatan replika daun dari kertas HVS. Biasanya tingkat kebenaran suatu replika yang digunakan <100 aslinya.="" atau="" daun="" dengan="" jika="" karena="" kita="" maka="" membuat="" replika="" sama="" serupa="" span="" tersebut="" ukuran="">Faktor koreksi(FK) yang didapatkan tanaman 1,2 dan 3 didapatkan nilai secara berurutan 0.75, 0.72,dan 0,77.
Pengukuran luas daun dengan metode LAM berarti kita telah melakukan pengamatan secara destruktif karena telah merusak bagian tanaman yaitu dengan mencabut daun tanaman untuk dijadikan sampel dan dimasukkan ke alat pengukur luas daun secara langsung. Sedangkan jika menggunakan metode FK(Faktor Koreksi) berarti kita melakukan pengamatan non destruktif karena kita membuat replika dari daun tersebut tanpa harus merusak bagian tanaman tersebut. Pada penggunaan metode FK, hal yang rumit yaitu menentukan panjang dan lebar daun yang akan dibuat pada replikanya. Pada beberapa tanaman pangan seperti jagung dan kedelai digunakan faktor koreksi terhadap luas daun yang diperoleh dari pengukuran panjang dan lebar daun (Pearce et.al., 1988).
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengukuran luas daun di atas didapatkan hasil pengukuran yang berbeda dari kedua metode pengukuran tersebut. Perbedaan tersebut tidak hanya dikarenakan jenis tanaman yang berbeda, tingkat keakuratan dari kedua metode tersebut juga berbeda sehingga memperoleh hasil pengukuran luas daun yang beda pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bambang et al (2008) Pengukuran luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor koreksi maupun dengan alat LAM, menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda. Konsistensi penggunaan teknik perhitungan harus sesuai untuk menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. Selain itu pertimbangan dalam menentukan sampel daun yang diukur dari suatu tegakan tanaman perlu menjadi bahan pertimbangan.
Perbedaan luas daun juga dipengaruhi pada masa pertumbuhan suatu tanaman. Jika suatu tanaman berada pada puncak masa vegetatifnya, biasanya luas daun tanaman mencapai titik optimum. Pada daun tanaman bayam, luas daun tanaman bayam 1 memilki luas daun lebih tinggi dari pada luas daun tanaman bayam 2. Hal ini dikarenakan pertumbuhan kedua tanaman tersebut berbeda. Begitu halnya dengan daun jagung. Meskipun dalam satu tanaman, luas helai daun berbeda pada masing-masing helai. Pada tanaman dewasa ukuran helaian daun bervariasi dari yang berukuran kecil, berukuran sedang hingga berukuran besar. Ukuran daun yang lebih kecil biasanya diperoleh pada percabangan yang terletak di bawah, dikarenakan porsi penyerapan sinar matahari sudah di reduce/diserap sebesar 50% oleh daun yang berada di atasnya. Daun-daun yang berada ditengah biasanya lebih besar, dan kemudian berukuran kecil lagi pada bagian ujung percabangan (Bambang et al. 2008). Perbedaan ukuran helaian daun pada tanaman yang sama disebabkan perbedaan tingkat perkembangan tanaman. Sedangkan perbedaan ukuran helaian daun antar tanaman tentunya dikarenakan perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang disebabkan perbedaan lingkungan tumbuh (Finkedey, 2005).


 V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran luas daun dengan metode LAM dan faktor koreksi dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga penggunaan metode pengukuran luas daun harus didasarkan pada tujuan dari pengukuran, karakteristik daun tanaman serta ketersediaan alat pengukuran.


DAFTAR PUSTAKA
Bambang, B., Santoso, dan Hariyadi. 2008. Metode Pengukuran Luas Daun Jarak Pagar. Magrobis. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 8(1):17-22.
Finkeldey, R. 2005. An Introduction to Tropical Forest Genetics. Diterjemahkan Djamhuri, E. et.al. Pengantar Genetika Hutan Tropis. ASEAN-EU University Network Programme (AUNP). Bogor.
Maftuchah dan S. Idiyah. 1994. Buku Petunjuk Praktikum Analisa Pertumbuhan Tanaman. FP- UMM.
Pearce, SC., G.M. Clark, G.V. Dyke, R.E. Kempson. 1988. A Mannual of CropExperimentation. London, Charles Griffin & Company.
Sitompul,S.M. B.Guritno ,l995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Yoshida, Shouichi. 1981. Fundamental of rice crop science. Philipina: The International Rice Research Institute.

Full Disini Klik

Related Articles

0 comments:

Post a Comment

pangestu.yuda. Powered by Blogger.