PRAKTIKUM ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) secara ekonomi
merupakan tanaman kacang-kacangan yang menduduki urutan kedua setelah kedelai,
sehingga berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan
peluang pasar dalam negeri yang cukup besar. Biji kacang tanah dapat digunakan
langsung untuk pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai
bahan baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk
pakan ternak dan pupuk (Marzuki, 2007). Hasil tanaman kacang tanah di Indonesia
tergolong rendah, karena masih berada di bawah potensi produksi. Hasil kacang
tanah lokal baru mencapai 1,45 t ha-1, lebih rendah dibanding dengan potensi
hasil varietas unggul seperti; varietas Panter dan Singa yang dapat mencapai
hasil 4,5 t ha-1 (Adisarwanto, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa hasil tanaman
kacang tanah masih dapat ditingkatkan, walaupun saat ini tersedia beberapa
varietas unggul namun belum banyak diketahui oleh petani, dan petani lebih
mudah memasarkan varietas lokal yang mempunyai bentuk biji dan polong yang
disukai oleh konsumen serta mempunyai keunggulan spesifik lainnya seperti ketahanan
terhadap penyakit layu.
Sumarno dkk. (1989) menyatakan bahwa 66 % kacang tanah di
Indonesia ditanam di lahan kering dengan rentang hasil antara 0,5 hingga 1,5 t
ha-1. Nugrahaeni dan Kasno (1992) juga menyatakan bahwa kacang tanah sebagian
besar 66 % dihasilkan di lahan kering dan sisanya 34% dihasilkan di lahan
basah. Hasil kacang tanah di lahan kering masih jauh lebih rendah, hanya 2 t
ha-1 dibandingkan dengan hasil kacang tanah di lahan basah yang dapat mencapai
4,5 t ha-1 (BPPP, 1999). Produktivitas lahan dan produksi tanaman di lahan kering
masih rendah karena sebagian besar lahan kering mempunyai tingkat kesuburan
rendah dan sumber air terbatas hanya tergantung pada curah hujan yang
distribusinya tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman (Andrianto dan
Indarto, 2004).
0 comments:
Post a Comment